SUMBA TIMUR, iNewsSumba.id – Masalah gizi kurang, buruk dan stunting adalah masalah yang hingga kini masih menghantui pemerintah dan warga Pulau Sumba. Sebagai bagian dari masyarakat, Gereja juga ambil peran dan memandang sejumlah persoalan itu sebagai masalah bersama yang harus ditanggulangi dalam spirit sinergitas.
Romo Yakobus Lodo Mema, Pastor Paroki Gereja Katholik Bunda Maria yang Selalu Menolong, Kelurahan Kambadjawa, Kecamatan Kota Waingapu, menyatakan masalah gizi kurang dan buruk serta stunting sejatinya mencederai harkat dan martabat manusia. Hal itu ditegaskannya mewakili Keuskupan Weetabulla dalam kegiatan Konsolidasi dengan pemangku kepentingan tingkat daerah melalui program Prioritas Nasional pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) untuk pencegahan stunting di Sumba Timur, yang dihelat di aula Gereja Kristen Sumba (GKS) jemaat Waingapu, Rabu (16/11/2022) siang kemarin.
“Masalah gizi, stunting dan ragam masalah kesehatan mendasar lainnya hendaknya dipandang sebagai masalah bersama yang mencederai harkat dan martabat manusia. Sebagai sesama manusia tentu kita harus bahu membahu saling koordinasi dan sinergi untuk mengatasinya,” tandas gembala umat yang akrab di sapa Romo Jack itu.
Kegiatan yang diikuiti lebih dari 200 peserta dan diselenggarakan BKKBN Propinsi NTT dengan melibatkan mitra kerja komisi IX DPR – RI yakni Ratu Ngadu B. Wulla yang diwakili oleh tenaga ahlinya Jakub Katoda Keremata, juga dihadiri unsur OPD dan peserta lain yang antaranya terdiri dari ibu hamil dan ibu dengan anak di bawah dua tahun, Kader Posyandu, orang tua dengan anak balita serta remaja dan tokoh agama.
Khristofel Praing, Bupati Sumba Timur luncurkan aplikasi Ana Hamu sebagai salah satu dari raga upaya memerangi stunting - Foto : Dion Umbu Ana Lodu
Mewakili Sinode Gereja Kristen Sumba (GKS) Pendeta Aprianus Meta Djangga Uma menekankan kegiatan dimaksud dan juga nota kesepahaman antara Gereja dan Pemerintah tidak sebatas berakhir di atas meja dan di dalam gedung semata.
“Kita harap kegiatan ini dan semangat ini tidak berakhir di sini saja namu ditindaklanjuti dnegan aksi nyata, Sinergi atau kolborasi itu tidak cukup dengan bicara namun perlu direalisasikan dalam mengahapi pekerjaan yang maha besar ini,” tegas Pendeta Aprianus.
GKS tambah pendeta Aprianus juga telah mencanangkan Gereja Ramah Anak. Hal ini sebut dia bisa dioptimalkan dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah gisi kurang dan buruk juga stunting.
Di tempat yang sama Sekretaris BKKBN Propinsi NTT memaparkan, angka stunting di NTT, hingga Agsustus 2022 masih cukup banyak yakni mencapai 77. 338 balita. Khusus untuk empat Kabupaten di Pulau Sumba data hingga Agustus 2022 sebutnya terbanyak di Sumba Barat Daya sebanyak 8.270 balita, disusul Sumba Timur dengan 3. 478 balita, Sumba Barat 2. 611 balita dan Sumba Tengah 659 orang balita.
Untuk diketahui, khusus di Sumba Timur dalam sejumlah kesempatan memberikan arahan, Bupati Khristofel Praing selalu menekankan bahwa masalah stunting krusial bagi daerah yang dipimpinnya. Sosok yang pernah menduduki sejumlah jabatan birokrat itu menyatakan, salah satu langkah konkret yang dilakukan pemerintahannya dalam menekan angka stunting adalah penugasan pada para pimpinan perangkat daerah untuk menjadi orang tua asuh bagi penderita gizi buruk, kurang dan stunting.
Tak hanya itu, langkah inovatif untuk percepatan penurunan stunting yang terintegrasi dalam sebuah bentuk aplikasi berlabel ‘Ana Hamu’ juga diluncurkan. Dimana dengan aplikasi ini diharapkan bisa memperkuat kolaborasi dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting antar perangkat daerah terkait. Aplikasi inipun terkoordinasi secara langsung dan realtime dengan Bupati.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu