JAKARTA,iNewsSumba.id — Sepanjang kiprahnya di pemerintahan, Budi Arie Setiadi bukan hanya dikenal karena jabatannya, melainkan juga karena kontroversi yang menyertainya. Dari isu akun misterius Fufufafa hingga pengkhianatan mantan anak buahnya di Komdigi, jejak langkahnya meninggalkan cerita yang tak mudah dilupakan.
Saat menjabat Menteri Kominfo, Budi sempat ditanya publik soal siapa pemilik akun Fufufafa. Akun tersebut ramai diperbincangkan karena kerap menulis komentar tajam yang dianggap menyerang Prabowo Subianto. Bukannya menjawab lugas, Budi hanya berkata, “Kita nggak tahu, tunggu saja.” Jawaban itu justru menimbulkan tanda tanya lebih besar.
Di periode berikutnya, badai lebih besar datang menghantam. Dua mantan anak buahnya di Komdigi, T dan AK, ditetapkan sebagai tersangka operator judi online. Ironisnya, mereka justru menjadi tameng ribuan situs dari aksi pemblokiran pemerintah. Budi pun merasa dikhianati, namun publik menilai hal itu menambah catatan buruk dalam pengawasannya.
Kasus tersebut mengguncang reputasi Budi yang saat itu sudah berpindah kursi ke Kementerian Koperasi. Baginya, pengkhianatan itu bukan sekadar masalah hukum, tetapi juga pukulan moral. “Mereka mantan anak buah saya,” ungkapnya dengan nada kecewa.
Selain dua kasus besar itu, Budi juga tak lepas dari pernyataan kontroversial lain. Pernah ia menyebut perempuan lebih kejam dari laki-laki, hingga mengusulkan artis promotor judi online jadi duta anti judi. Setiap kali, pernyataan itu berakhir dengan klarifikasi, namun publik sudah lebih dulu menilai.
Kini, dengan jabatan yang telah resmi diserahterimakan kepada Ferry Juliantono, Budi Arie meninggalkan jejak panjang penuh polemik. Bagi sebagian pihak, ia dianggap sebagai sosok yang berani bicara apa adanya. Namun bagi yang lain, ia adalah menteri yang terlalu sering tersandung oleh ucapannya sendiri.
Sejarah akan mencatat Budi Arie bukan hanya sebagai birokrat di era Jokowi dan Prabowo, tetapi juga sebagai figur kontroversial yang selalu berhasil mencuri perhatian di tengah dinamika politik nasional.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait