SUMBA TIMUR, iNewsSumba.id – Serangan sporadis belalang kembara di lahan dan kebun warga desa Ndapayami, Kecamatan Kanatang, Kabupaten Sumba Timur, NTT, direspon warga dengan tidak kalah beringasnya. Serangga yang telah menjadi hama 2 tahun terakhir di hampir seluruh wilayah Pulau Sumba itu ditangkap dan dikarungkan warga.
Warga desa Ndapayami berhasil menangkap dan mengarungkan 900 kilogram belalang kembara dewasa. Selanjutnya serangga bernama ilmiah Locusta Migratoria itu diserahkan ke petugas dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Sumba Timur untuk diuangkan.
“Warga berhasil tangkap dan karungkan 900 kilogram belalang kembara dewasa dan sudah dijual kepada petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten dengan harga lima ribu rupiah perkilogramnya,” jelas Lodu Pirandawa, Kepala Desa Ndapayami, kepada iNewsSumba.id ketika dikonfirmasi via telepon selularnya, Selasa (27/12/2022) siang lalu.
Lebih jauh Lodu menjelaskan belalang kembara yang ditangkap warganya itu merupakan hasil perburuan di malam hari. Pembayaran dari Dinas Pertanian terhadap belalang yang ditangkap itu sebut dia dilakukan dalam 3 tahapan. Penimbangan dan pembayaran dilakukan masing – masing pada tanggal 11, 12 dan 16 Desember.
“ Memang upaya yang dilakukan warga dan juga pemerintah dalam hal ini Dinas pertanian bersama penyuluh dalam memberantas hama belalang sudah cukup keras. Warga mencermati dan juga mebgmati keberadaan belalang dan langsung lapor ke Dinas. Malamnya bersama warga ke lokasi belalang menginap dan disemprot serta ditangkap bersama warga,” urai Lodu.
Sebelumnya Lodu mengatakan sekitar 10 hektar lahan jagung milik sejumlah warga di desanya rusak di serang hama belalang kembara. Serangan sporadis hama itu diakuinya sangat meresahkan warga. Apalagi tanaman yang diserang merupakan tumpuan harapan bagi ketersediaan pangan warga dimasa datang, namun luluhlantak oleh serangan hama belalang.
“Kami sudah berupaya semampu kami, namun anehnya kami semprot hari ini, besok datang lagi, begitu terus. Kami tentu tidak nyaman dan gelisah, mau ada acara adat atau keluarga jadi serba salah, tidak pergi salah, pergi belalang kasih habis jagung,” pungkas Lodu.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait