Polemik Cium Anak oleh Gus Elham: Antara Niat Baik dan Pelanggaran Etika Publik
KEDIRI, iNewsSumba.id – Aksi pendakwah muda Gus Elham Yahya yang terekam menciumi anak perempuan dalam acara publik, memantik perdebatan tajam di ruang maya. Sebagian menilai itu sebagai bentuk kasih sayang, namun banyak yang mengecam karena dianggap melanggar batas etika sosial dan agama.
“Ayo dong kita laki-laki dewasa, kita Allah berikan akal yang panjang dalam berpikir,” tulis salah satu warganet dengan nada menegur. Komentar itu disukai ribuan pengguna lain yang merasa tindakan tersebut tak pantas dilakukan oleh seorang tokoh agama.
Sebaliknya, ada segelintir pengguna yang mencoba memahami niat Gus Elham sebagai bentuk kasih sayang. Namun argumen itu langsung dimentahkan oleh publik yang menilai konteks dan situasi tidak mendukung.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Menteri Agama Muhammad Syafi’i menegaskan perlunya pembinaan bagi para tokoh agama. “Kita sepakat dengan publik bahwa tindakan itu tidak pantas. Tokoh agama harus menjadi teladan dalam segala hal,” katanya.
Wamenag juga mengingatkan bahwa dalam ajaran agama, kasih sayang memiliki bentuk dan batas. “Kasih sayang tidak harus diwujudkan lewat gestur fisik yang bisa disalahpahami,” ujarnya.
Menyadari gelombang kritik yang mengalir, Gus Elham kemudian menyampaikan permintaan maaf dan mengakui kekhilafannya. “Saya berkomitmen memperbaiki diri dan menjadikan ini pelajaran,” ucapnya dalam video klarifikasi.
Para pemerhati anak menilai tindakan itu bisa menimbulkan dampak psikologis bagi anak. “Setiap anak berhak atas rasa aman dan bebas dari ketidaknyamanan,” kata aktivis perlindungan anak di Kediri.
Kasus ini memperlihatkan betapa batas antara niat baik dan pelanggaran etika publik kian tipis di era digital. Figur publik, apalagi tokoh agama, kini harus dua kali berpikir sebelum bertindak.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu