Cinta, Harta, dan Hukum: Babak Baru Sandra Dewi di Tengah Vonis Berat Harvey Moeis

JAKARTA, iNewsSumba.id – Cinta dan hukum kini bersilang tajam dalam kehidupan rumah tangga Sandra Dewi dan Harvey Moeis. Di tengah kabar suaminya dijebloskan ke Lapas Cibinong untuk menjalani hukuman 20 tahun penjara, Sandra justru melangkah ke pengadilan untuk menggugat penyitaan aset pribadinya.

Kasus korupsi tata niaga timah senilai ratusan triliun rupiah yang menyeret nama Harvey Moeis seolah menjadi pusaran besar yang menghisap semua sisi kehidupan pasangan ini. Namun Sandra, yang dikenal kalem dan tertutup, akhirnya berbicara lewat jalur hukum.

Kejagung menegaskan tidak akan menghalangi langkah hukum siapa pun. “Itu hak hukum setiap warga negara. Kami akan hadapi di pengadilan,” kata Anang Supriatna, Kapuspenkum Kejagung, Selasa (21/10/2025).

Menurutnya, jaksa penuntut telah siap menjelaskan dasar penyitaan setiap barang yang diduga terkait perkara korupsi tersebut. “Kami sudah pertimbangkan secara hukum sebelum menyita,” tambahnya.

Sementara itu, Mahkamah Agung menolak kasasi Harvey Moeis, memperkuat vonis 20 tahun penjara serta denda Rp1 miliar dan uang pengganti Rp420 miliar. Putusan itu menandai akhir perjalanan panjang hukum Harvey dan menjadi awal kehidupan baru di balik jeruji besi.

Publik kini menilai perjuangan Sandra sebagai bentuk perlawanan lembut seorang istri terhadap sistem yang dianggap terlalu keras. Gugatan keberatan yang diajukan menjadi simbol keinginan untuk memisahkan antara kesalahan hukum suami dan hak pribadi istri.

Meski begitu, Kejagung tetap berdiri pada pendiriannya. “Setelah pengadilan memutus, kami akan patuh pada hasilnya,” ujar Anang.

Cerita Sandra dan Harvey kini tak lagi sekadar kisah glamor dunia hiburan. Ini adalah drama hukum dan moral yang menggugah pertanyaan publik: di mana batas antara cinta dan tanggung jawab di hadapan hukum?

Bagi Sandra Dewi, langkah kecil ke pengadilan itu bisa jadi langkah besar untuk memulihkan martabat dan harapan di tengah badai yang belum reda.

Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu