get app
inews
Aa Text
Read Next : Dari Jemaat Sederhana Hingga Gedung Megah, GMIT Center Jadi Simbol Perjuangan

NTT di Garis Depan Perang Iklim: Kaum Muda Kini Ambil Alih Panggung

Kamis, 30 Oktober 2025 | 19:32 WIB
header img
Lindungi Bumi dari dampak buruk perubahan iklim -Foto: Istimewa

KUPANG, iNewsSumba.id – Di tengah panas kering yang mencakar tanah Flobamorata, sekelompok anak muda menegakkan semangat hijau. Di Aula Fernandez, lantai 4 Kantor Gubernur NTT, Kamis (30/10/2025), gema “Festival Iklim Pemuda” menggema. Bukan sekadar seremoni, melainkan tanda dimulainya babak baru: kaum muda memimpin perang melawan perubahan iklim.

Perubahan iklim bukan lagi isu jauh di awang-awang. Di NTT, ia menjelma nyata: kekeringan, lahan retak, produktivitas pertanian yang turun, hingga air bersih yang makin langka. Dampak itu menghantam yang paling rentan yakni perempuan, anak-anak, dan generasi muda.

Plan International Indonesia bersama GIZ Jerman melalui IKI Small Grants meluncurkan proyek “Inisiatif Kaum Muda untuk Aksi Iklim yang Responsif Gender.” Proyek ini menjadi ladang belajar dan aksi bagi 270 pemimpin muda dari berbagai kabupaten di NTT, dengan porsi 60 persen perempuan dan 3 persen penyandang disabilitas.

“Provinsi NTT ingin berdiri di depan dalam bertempur dengan krisis iklim ini,” ujar Gubernur Emanuel Melkiades Laka Lena dalam sambutannya. “Dengan dukungan proyek IKI Small Grants lewat GIZ dan Plan Indonesia, kami berharap bisa melewati masa sulit ini.”

Laka Lena menyebut festival itu bukan hanya ruang dialog, melainkan titik mula dari gerakan kolaboratif antar generasi. “Kami ingin ide-ide dari kaum muda tidak berhenti di sini, tapi menjadi gerakan nyata. Kita butuh pemuda yang berani berpikir dan bertindak,” tegasnya.

Dini Widiastuti, Direktur Eksekutif Plan Indonesia, menambahkan bahwa organisasi ini memosisikan anak muda sebagai aktor utama dalam transformasi hijau. “Sebagai youth-centred organization, kami percaya anak muda punya kemampuan menciptakan solusi inklusif dan inovatif,” katanya.

Menurut Dini, tantangan terbesar bukan pada sumber daya, melainkan pada ruang kepercayaan. “Kami berharap inovasi anak muda NTT ini menginspirasi daerah lain. Ini bukan proyek sesaat, tapi investasi masa depan,” ujarnya.

Dari sisi mitra internasional, Zulazmi dari GIZ Indonesia menegaskan pentingnya inklusivitas dalam transisi menuju masa depan rendah emisi. “Kami percaya perubahan hanya akan berkelanjutan jika perempuan, anak muda, dan kelompok marjinal menjadi bagian aktif di dalamnya,” ucapnya.

Di bawah langit kering Kupang, semangat hijau itu kini mulai tumbuh. Tak lagi sekadar bicara bencana, tapi menanam harapan. Dari NTT, sebuah gerakan baru lahir: kaum muda memimpin bumi menuju masa depan rendah emisi.

Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut