Antrean BBM Jadi Pemandangan Rutin di Kota Waingapu, Kendaraan Meluber Keluar SPBU Jejali Jalanan

WAINGAPU, iNewsSumba.id – Pemandangan antrean panjang kendaraan bermotor di SPBU Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, kini sudah seperti rutinitas harian. Barisan kendaraan yang mengular hingga ke badan jalan sering kali membuat lalu lintas macet dan mengganggu kenyamanan pengguna jalan lainnya.
Sudah lebih dari sebulan kondisi ini terjadi. Warga menyebut antrean BBM, khususnya solar subsidi tak pernah benar-benar terurai. Setiap hari, antrean bisa mencapai satu kilometer, membuat wajah jalanan kota dipenuhi deretan mobil yang sabar menunggu giliran.
“Kalau begini terus, jelas sangat mengganggu. Penumpang kami sering terlambat sampai tujuan,” kata Agus Welem, sopir bus Damri, Jumat (3/10/2025) siang lalu.
Agus mengaku antrean solar bukan hanya berlangsung sebulan terakhir, tetapi sudah berlangsung hampir tiga bulan. Ia bersama sopir lain harus menghabiskan waktu hingga empat jam setiap hari hanya untuk mendapatkan bahan bakar.
Menurut Agus, ada kemungkinan kuat terjadi penimbunan di balik fenomena kelangkaan BBM ini. “Jujur saja, banyak yang isi tangki, lalu minyak disedot kembali dan dijual lagi. Akhirnya kami antre terus, sudah sekitar 3 bulan seperti ini,” ungkapnya.
Fenomena antrean panjang ini tidak hanya terjadi di Waingapu, tetapi juga di hampir semua SPBU di Pulau Sumba. Tak hanya Sumba Timur, tapi juga Sumba Tengah, Sumba Barat dan hingga Sumba Barat Daya, antrean kendaraan memadati ruas-ruas jalan di sekitar SPBU.
Kondisi ini membuat warga geram, karena selain merugikan waktu, biaya operasional juga meningkat. Sopir angkutan, pengusaha kecil, bahkan masyarakat umum harus berbagi kesabaran dalam antrean.
Joshua Maudjawa, pengusaha angkutan material, menegaskan kelangkaan ini sangat memukul roda usaha kecil. “Kami antre tiga jam, lalu jam empat sore minyak sudah habis. Bagaimana kami mau bekerja kalau begini?” ujarnya.
Joshua juga mempertanyakan transparansi distribusi kuota BBM. Menurutnya, jika kuota sama dengan tahun lalu, seharusnya tidak ada kelangkaan ekstrem seperti saat ini. “Pertanyaannya sederhana, kalau kuotanya sama, ke mana larinya solar itu?” katanya.
Ia mendesak pemerintah dan aparat untuk menertibkan penjualan solar eceran. “Kalau bensin eceran, kita bisa maklumi. Tapi solar, tidak bisa dibiarkan begitu saja. Ini bahan bakar utama untuk usaha kecil. Jadi harus dihentikan,” tegas Joshua.
Antrean panjang BBM di Waingapu kini bukan sekadar soal kenyamanan lalu lintas, melainkan sudah menjadi masalah struktural. Banyak pihak mendesak agar ada langkah konkret dari pemerintah pusat maupun daerah, karena jika terus berlarut, ancaman terhadap aktivitas ekonomi di Sumba Timur akan semakin serius.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu