get app
inews
Aa Read Next : Pemkab Sumba Timur Berupaya Maksimalkan Kepedulian Pada Pemenuhan Hak Anak

Pemkab Sumba Timur Sebut Program One Village, One Forest Bukti Keseriusan Sikapi Krisis Ekologis

Minggu, 29 Oktober 2023 | 11:04 WIB
header img
Bupati Sumba Timur, Khristofel Praing hadir memberikan marteri dalam diksusi publik yang digelar Walhi NTT di Gedung Nasional Umbu Tipuk Marisi, Kota Waingapu - Foto : istimewa

SUMBA TIMUR, iNewsSumba.id – Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) NTT, Sabtu (28/10/2023) siang lalu menggelar diskusi publik di Gedung Nasional Umbu Tipuk Marisi, Kota Waingapu. Bupati Sumba Timur, Khristofel Praing hadir dalam kegiatan yang bertemakan “Melindungi, Memperkuat, Memperluas Wilayah Kelola Rakyat dan Mencegah Pemburikan Krisis Ekologi NTT”.

Upaya dan Dukungan Pemerintah dalam Pemulihan Lingkungan Hidup di Kabupaten Sumba Timur menjadi thema yang diangkat Bupati Sumba Timur dalam materinya. Dalam kesempatan itu ia menegaskan komitmen Pemkab untuk terus mendorong pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan. Pihaknya mengingkapkan salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui program one village, one forest.

“Menghadapi dan mengurangi dampak perubahan iklim di Sumba Timur bisa dilakukan dengan aksi nyata. Kita perlu segera melakukan diversifikasi pangan yang adaptif iklim dan sesuai dengan kondisi tanah kita. Mari kita kampanyekan budi-daya pangan baik nabati maupun hewani yang lebih beragam. Kami juga miliki program one village, one forest. Ini bagian dari upaya pemerintah Sumba Timur untuk melakukan pemulihan ekologis di sektor kehutanan. Upaya ini tentu terus kita galakkan dan butuh kerja bersama-sama untuk mewujudkannya,” papar Khristofel.

Tidak hanya itu, Bupati yang hadir dengan ddiampingi Sekda Sumba Timur Umbu Ngadu Ndamu itu juga mengajak semua pihak untuk memulihkan kembali keanekaragaman hayati khas Sumba seperti phon cendana. Hal itu sebut dia karena tantangan dalam menghadapi krisis iklim salah satunya adalah mempertahankan warisan budaya dan alam local dan cendana sendiri merupakan warisan alam Pulau Sumba.

Khristofel juga mengajak generasi muda Sumba Timur untuk melakukan inovasi-inovasi hijau yang berkelanjutan dan berkeadilan. Hal itu bisa dilakukan dalam bentuk kerja-kerja adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Kolbaorasi sebut dia menjadi kunci suksesnya.

“Kita harus berkomitmen dan saling berkolaborasi untuk melindungi peradaban kita dari berbagai ancaman krisis ekologis. Tidak ada pilihan selain kita harus siap menghadapi krisis global akibat perubahan iklim dan pemanasan global ini. Mari generasi muda Sumba Timur, Kita Kawara Panamungu, Marangga Pandulangu dalam hidup di tengah krisis ekologis ini,” tandasnya.

Kegiatan yang juga dihadiri langsung oleh Umbu Wulang Tanamah Paranggi selaku Direktur Walhi NTT it itu, diikuti oleh puluhan peserta yang didominasi kaum muda. Sebelumnya dalam kesempatan wawancaa singkat dengan iNews.id putera penyair Umu Landu Paranggi yang berjuluk Presiden Malioboro itu mengungkapkan pentingnya peran kaum muda dalam isu ekologis.


Direktur Walhi NTT. Umbu Wulang Tanaamah Paranggi dalam diskusi publik di Gedung Nasional Umbu Tipuk Marisi, Kota Waingapu, Sumba Timur - Foto: iNewsSumba.id

 

“Kita merasa bahwa kalau pengetahuan tentang iklim dan hal – hal lain yang terkait dengan ancaman dan tantangan bagi anak muda tidak mereka pahami dan kuasai dikuatirkan ke depannya anak muda bisa apatis. Padahal merekalah nanti yang dapat dan rasakan dampaknya,” tandas Umbu Wulang terkait dengan urgennya peran kaum muda dalam isu lingkungan dan perubahan iklim.

Didampingi Deddy F. Holo selaku ketua panitia Umbu Wulang lebih jauh mengungkapkan, di masa kini perluasan isu iklim ternyata masih cenderung ekslusif. Padahal sebut dia, anak muda, kini punya segala perangkat yang memudahkan mereka untuk tahu dan kemudian menyebarluaskan informasi terkait perubahan iklim.

“Anak muda harus mengetahui dan menyebarluaskan informasi tentang perubahan iklim  dan juga mitigasi. Karena realitanya kini telah berada di depan mata. Khusus NTT yang terdiri dari pulau –pulau tentunya sangat berisko menghadapi perubahan iklim dan bencana. Saat ini pulau-pulau kecil di wilayah lain di Indonesia terancam tenggelam akibat naiknya permukaan air laut yang menyebabkan sebagian wilayah daratan semakin sempit,” urainya sembari mengajak refleksi peristiwa 5 April 2021 silam dimana siklon tropis atau badai seroja berdampak bencana Hidrometoerologi yang mengguncang NTT. Banjir bandang serta tanah longsor menerjang 21 kabupaten dan kota di wilayah Flobarmorata.

 

Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu

Follow Berita iNews Sumba di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut