SUMBA TIMUR, iNewsSumba.id - Orias Petrus Moedak dalam tempo dua hari mengunjugi Pulau Sumba dan memperkenalkan dirinya sebagai Bakal Calon (Balon) Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk tahun 2024 mendatang. Mengawalinya di Sumba Barat Daya dan menuntaskannya di Sumba Timur, mantan Dirut dan Direktur Keuangan puluhan perusahaan dan BUMN itu maju dengan tagline sederhana yakni “Jangan Mencuri”
Kepada iNews.id sebelum menggelar pertemuan dengan sejumlah warga di aula Hotel Lima Saudara, Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Rabu (27/9/2023) malam lalu, Orias menjelaskan alsan dibalik dirinya mengusung jargon atau tagline “Jangan Mencuri” itu.
Transparansi internasional sebut Orias menempatkan Indonesia pada urutan 110 dari total 180 negara yang bersih dari perilaku korupsi. Bahkan sebut Orias untuk tataran Asean Indonesia hanya diatas Laos serta Myanmar. Mengerucut ke Propinsi NTT lanjut dia, juga sesuai data dan survey terpercaya menempatkan propinsi yang selalu menyakini “Nanti Tuhan Tolong” itu berada pada urutan ke -3 Propinsi yang perilaku korupsi pejabat publiknya dari seluruh Propinsi di Indonesia.
"Transparansi Internasional bahkan tempatkan perilaku dan praktek korupsi di Indonesia lebih parah dari Timor Leste. Nilai kita hanya 34 itu kalau nilai ujian sudah tidak lulus, karena Denmark yang urutan pertama sebagai negara terbersih nilainya lebih dari 80. Tapi kita bangga sekali disebut negara religius dan sila pertama dasar negara kita Ketuhanan yang Maha Esa, tapi justru perilaku korupsi tinggi. Korupsi itu tidak ada bedanya dengan mencuri,” paparnya.
Seruan dalam tagline “Jangan Mencuri” yang diusungnya sebagai Balon Gubernur NTT disebutkan Orias juga sangat relevan dengan Propinsi yang juga dikenal dengan Flobamorata itu. Spirit yang dibangun dalam tagline itu sebut dia adalah untuk masa depan NTT dan pihaknya enggan lagi melihat ke belakang dan meratapi masa lalu.
“Jangan Mencuri itu harus ada dihati setiap pemimpin dan rakyat NTT ke depannya. Saya tidak bawa jargon bersama rakyat menuju sejahtera ataupun sejenisnya. Sudah sangat jamak itu tapi realitanya jauh dari harapan. Kita tiap hari minggu 80 persen rakyat yang beragama kristen beribadah di Gereja atau di rumah, Jumat 10 persen yang Muslim beribadah di Masjid juga dirumah dan 10 persen lainnya di tempat ibadah lainnya, tapi hari lainnya kita justru mencuri dan korup,” paparnya sembari menambahkan kini justru lebih banyak pemimpin dan pejabat yang takut ditangkap KPK atau penegak hukum lainnya daripada Tuhan yang Maha Kuasa.
Ditanya aspirasi apa saja yang terserapnya ketika melakukan tatap muka dengan sejumlah warga di Sumba dalam safari singkatnya, pria yang pernah meraup laba lebih dari 20 Miliar Dollar untuk Negara melalui jabatannya pada sejumlah BUMN itu mengakui cukup kompleks. Ragam persoalan seperti pertanian dalam hal keterbatasan pupuk dan bibit unggul, ketersediaan air dan hama belalang, dan harga holtikultura yang sanngat rendah adalah sebagian diantara problem yang didapat Orias dari warga.
Paparan Orias Petrus Moedak ditanggapi seksama oleh sejumlah warga di kota Waingapu dalam pertemuan singkat yang digelar di aula Hotel Lima Saudara, Kabupaten Sumba Timur, NTT - Foto : Dion. Umbu Ana Lodu/iNewsSumba.id
Harga rumput laut yang kadang berada di titik yang rendah dan merugikan petani. Mahalnya harga benang dikeluhkan oleh pengrajin tenun ikat, traktor yang disiapkan pemerintah tidak merata penyebarannya juga tingginya harga tiket pesawat juga dikeluhkan warga pada Orias. Hal mana sebut Orias bisa disikapi dengan melakukan hilirisasi produk, dan langkah serta kebijakan yang berpihak pada rakyat banyak oleh pemimpin yang berani dan berintegritas.
“Holtikultura ketika di sini lagi panen bagus, harusnya OPD atau pimpinannya membatasi masuk komoditi serupa dari luar daerah. Komoditi yang bisa diproduksi lebih lanjut disini baiknya jangan bahan mentahnya atau setengah jadinya yang kita banyak keluarkan. Menjalin komunikasi yang baik dengan Maskapai penerbangan lain dan bila perlu mengupayakan Ferry Cepat yang jauh lebih murah biayanya adalah sebagian langkah yang bisa dilakukan,” urainya.
Ditanya Parpol yang dibidiknya sebagai pintu masuk untuk menggolkan dirinya sebagai Balon Gubernur, Orias mengakui telah melakukan komunikasi. Komunikasi dibangun dengan Ketua umum, jajaran ketua dan juga sekjen Parpol. Namun dirinya sedari dini memastikan tidak akan mau jika harus ada mahar politiknya.
“Kalau parpol merasa saya pantas silakan, tapi kalau minta mahar saya tegas menolak. Tidak jadi calon juga tidak masalah, jadi buat apa memaksakan kehendak. Pada rakyat NTT saya serukan untuk ke depan pilih pemimpin jangan sebatas melihat orangnya tapi lebih melihat dan menyelami permasalahan yang paling mendasar dan perlu untuk ditangani baru kemudian melihat siap orang yang dirasa pantas dan pas untuk menyelesaikannya,” tegas Orias.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu