SUMBA TIMUR, iNewsSumba.id – Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) NTT bersinergi dengan Komunitas Uma Kokur di Desa Tanamanang, Kecamatan Pahunga Lodu, Kabupaten Sumba Timur, NTT. Sinergitas itu diharapkan bisa meningkatkan perekonomian rumah tangga para anggota komunitas melalui produksi dan penjualan minyak kelapa murni dan minyak goreng sehat.
Arnoldus Yansens Bulu, ketua Komunitas Uma Kokur, kepada iNewsSumba.id menjelaskan, September 2022 lalu menjadi awal terbentuknya komunitas itu.
“Desa kami ini banyak kelapa hanya saya melihat tidak optimal pemanfaatannya. Padahal jika diolah dengan baik dan mau menyisihkan waktu, nilai keekonomian kelapa bisa ditingkatlkan,” ungkap Arnoldus yang akrab di sapa Umbu Arnold itu di sekretariat komunitas itu beberapa hari lalu.
Untuk saat ini jelas Umbu Arnold lebih lanjut, kelapa diolah oleh 15 anggota komunitas menjadi minyak goreng dan juga minyak kelapa murni atau Virgin Cocunut Oil (VCO). Selain itu, khusus untuk sisa perasan santan yang sebelumya dimasak menjadi minyak goreng, juga diolah menjadi sambal untuk dinikmati anggota keluarga para anggota komunitas.
“Kalau minyak goreng kami pasarkan di dalam dan di luar desa, begitu juga untuk VCO. Sementara kalau sambal masih untuk konsumsi sendiri para anggota komunitas, ke depan seiring dengan meningkatnya produksi tentu bisa juga dipasarkan,” jelasnya.
Sampah organik kelapa pasca diambil santannya baik berupa ampas perasan kelapa, tempurung dan sabut juga bisa dimanfaatkan oleh para anggota komunitas. Ampas kelapa kata Umbu Arnold untuk pakan ternak, tempurung untuk bahan bakar, dijadikan arang atau kerajinan juga sabut kelapa bisa pula diolah menjadi keset atau aneka hasil kerajinan lainnya yang kini terus dikembangkan.
Terkait hambatan yang dihadapi komunitas ini, Umbu Arnold menyatakan tidak ada yang tidak bisa dihadapi dalam kebersamaan. Paling – paling sebut dia adalah jika musim penghujan diperhadapkan dengan sulitnya atau perlunya waktu tambahan pergi dan pulang dari tempat yang sediikit jauh untuk mengumpulkan kelapa. Selain itu tentu pemasaran yang masih terbatas, atau belum terlampau luas.
Sebagian aktifitas pengolahan miinyak goreng sehat dan VCO oleh anggota komunitas Uma Kokur di Desa Tanamanang, Kabupaten Sumba Timur - Foto : Dion. Umbu Ana Lodu/iNewsSumba.id
“Kalau soal pemasaran memang masih belum banyak atau masih terbatas. Sejak berdiri kami pasarkan melalui mitra UMKM seperti dapur Madex di Kawangu, Koppesda serta di kantor dan sekretariat organisasi Cipayung yang ada di kota Waingapu,” tukasnya.
Harga jual untuk minyak goreng, kata Umbu Arnold Rp10 ribu/botol kemasan 250 ml. Sementara untuk VCO dijual dengan harga Rp50 ribu/botol juga dengan kemasan yang sama.
Pada kesempatan ini, Umbu Arnold yang saat itu didampingi oleh Rambu Rolin, salah satu anggota komunitas juga menjelaskan sekaligus menegaskan manfaat dan harapannya terkait buah karya dari Komunitas ini.
“Kalau VCO sejak lama dimanfaatkan untuk kesehatan Rambut, juga kaya akan vitamin E. Selain itu memilhara kekebalan tubuh, kaya akan anti oksidan hingga bagus untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah, tulang, fungsi hati juga kolesterol. Bisa juga melawan kanker, diabetes militus, dan jaga stamina serta kesehatan kulit, juga infeksi jamur. Karena itu jangan ragu untuk mengkonsumsinya,” urai Umbu Arnold.
“Buat masakan lebih enak dan tentu wangi alami serta tak kalah gurih, jika menggunakan minyak goreng produksi kami,” timpal Rambu Rolin.
Sampel minyak goreng VCO hasil karya Komunitas Uma Kokur yang dihasilkan secara alami di Desa Tanamanang, Kabupaten Sumba Timur - Foto : Dion. Umbu Ana Lodu/iNewsSumba.id
Untuk diketahui sejak awal dibentuknya Komunitas Uma Kokur ini, WALHI NTT selalu memberikan dukungannya. Hal serupa juga diberikan oleh Pemerintah Desa setempat.
“Kami mendapatkan dukungan peralatan berupa mesin pemarut, pemerah santan ddan perlatan pendukung lainnya dari WALHI lewat Dana Nusantara di Jakarta Pusat,” imbuh Umbu Arnold.
Adanya penghasilan dan kesibukan tambahan para nggota Komunitas Uma Kokur inipun diakui manfaatnya. Apalagi tidak menggangu aktiftas sebelumnya yang telah lama dijalankan.
“Sebelum komunitas ini terbentuk, selain aktifitas rutin rumah tangga yaa saya menenun kain. Dengan adanya aktifitas ini justru manfaat bagi kami, waktu kami bisa optimalkan juga bisa tambah penghasilan kami. Apalagi sekarang ini, minyak goreng dan bahan sembako masih tegolong tinggi,” beber Rambu Rolin diamini anggota komunitas lainnya.
Dedy F. Holo, dari Divisi Sumber Daya Alam (SDA) WALHI NTT, menyatakan tahap ini memang masih terbatas pada 1 komunitas yang didampingi. Namun telah sangat nampak potensinya yang cukup mendukung seperti ketersediaan bahan baku yang cukup.
“Yang pasti kami akan terus berikan dukungan, kami juga harapkan ke depan baik institusi pemerintah dan swasta dan juga bisa melakukan hal serupa. Yang kami lakukan di sini adalah mendorong dan memberdayakan masyarakat dengan potensi yang ada terkhususnya sekitar atau dari wilayah kelola rakyat,” tandas Dedy.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu