SUMBA BARAT, iNewsSumba.id - African Swine Fever (ASF) adalah penyakit pada babi yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada ternak babi hingga 100 %. Penyakit yang menyerang ternak babi itu juga menjadi momok menakutkan bagi warga Kabupaten Sumba Barat, NTT. Hingga warga masih mencemaskan serangannya, apalagi dampaknya merugikan warga hingga milyaran rupiah.
epala Dinas Peternakan Sumba Barat, Hamadoku Wedo membenarkan belum sirnanya kecemasan warga yang biasa beternak babi pada ancaman virus itu. Dalam rilisnya yang diterima media ini, Rabu (7/9/2022) dikatakan 80 persen peternak babi alami dampaknya di Sumba Barat.
Tahun 2020 lalu kata Hamadoku, menjadi tahun paling berat bagi warga yang miliki ternak babi di Sumba Barat. Pasalnya ditahun itu, sejak virus ASF masuk ke Kabupaten itu pada bulan Maret, total sebanyak 7.700 ekor babi yang terdata mati hinggga Desember 2020.
“Peternak babi di sini kan piara babinya harus cukup besar dan bisa dipakai untuk adat dan konsumsi itu kisaran harganya mulai 7 juta rupiah. Jadi kalau kita rata – ratakan seharga itu, maka ditahun 2020 saja warga alami kerugian 7,7 miliar rupiah,” jelasnya.
Beruntung urai Hamadoku, sejak awal tahun 2021 hingga kini kematian babi akibat virus ASF kian menurun. Penurunan itu kata dia karena gencarnya sosialisasi petugas dan mulai pahamnya warga tentang virus ASF dan cara menyikapinya.
“Masyarakat bahkan berpartisipasi secara aktif dalam upaya pencegahan penularan penyakit. Peningkatan pemahaman masyarakat disebabkan oleh gencaranya program Komunikasi, Informasi dan Edukasi atau KIE yang berkesinambungan dari Dinas Peternakan,” urainya.
Selain itu jelas Hamadoku, Dinas juga melakukan upaya preventif pencegahan penyakit melalui penyemprotan desinfektan di kandang - kandang babi dan penerapan biosekuriti.
“ Menurut perkiraan kami, jika masyarakat mentaati anjuran dalam kampanye ASF, kemungkinan pengurangan proporsi kerugian yg terjadi akibat ASF adalah sekitar 56 sampai 60%,” jelasnya .
Hamandoku juga berharap kampanye yang terus dijalankan hingga kini bisa terus meningkatkan kesadaran masyarakat akan dampak penyakit ASF, upaya pencegahan maupun penularannya. Hal lainnya tentu partisipasi warga secara aktif mendukung program pemerintah dalam upaya memerangi atau paling tidak mengendalikan sebaran penyakit ASF di Sumba Barat.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu