NEW DELHI, iNewsSumba.id-Wabah amoebic meningoensefalitis kembali menguji sistem kesehatan India, khususnya di Negara Bagian Kerala yang kini menjadi episentrum penyebaran naegleria fowleri atau amuba pemakan otak. Sepanjang tahun 2025 saja, tercatat 170 kasus dengan 42 kematian, angka yang disebut otoritas kesehatan sebagai “lonjakan paling ekstrem” dalam dua tahun terakhir. Data itu disampaikan langsung oleh Menteri Kesehatan Kerala, Prataprao Jadhav, dalam sidang parlemen negara bagian.
Menurut Jadhav, situasi ini jauh berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada 2023, Kerala hanya mencatat dua kasus dan dua kematian. Setahun kemudian, kasusnya melonjak menjadi 39 dengan sembilan korban jiwa. Namun peningkatan eksponensial terjadi pada 2025, memicu kewaspadaan nasional dan intervensi lembaga penelitian kesehatan India.
Kasus-kasus terbaru didominasi pasien yang memiliki riwayat kontak dengan air tawar hangat, seperti danau dan sungai tempat amuba ini biasa hidup. Naegleria fowleri adalah organisme mikroskopik yang dapat menyerang manusia melalui rongga hidung sebelum masuk ke otak dan menyebabkan peradangan parah. Penyakit ini tergolong akut dan fatal jika tak segera ditangani dalam hitungan jam.
Pemerintah India melalui Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Nasional (NCDC) di Kozhikode sudah turun langsung ke Kerala sejak Juli 2025. Tim yang terdiri dari para peneliti senior, termasuk Sekretaris Departemen Riset Kesehatan serta pejabat ICMR, kini mengevaluasi pola penyebaran dan faktor lingkungan yang mungkin memicu ledakan kasus.
Hasil investigasi sementara belum dipublikasikan, namun otoritas kesehatan menilai kemungkinan ada perubahan ekologi perairan yang membuat amuba ini lebih mudah berkembang. Kenaikan suhu, penurunan kualitas air, serta meningkatnya aktivitas berenang di musim panas menjadi beberapa faktor yang sedang ditelisik.
Di lapangan, rumah sakit di Kerala meningkatkan kewaspadaan untuk mendeteksi gejala awal amoebic meningoensefalitis, yang sering kali mirip dengan infeksi otak lainnya. Keterlambatan diagnosis menjadi penyebab tingginya angka kematian karena penyakit ini berkembang sangat cepat setelah amuba mencapai jaringan otak.
Pemerintah daerah juga menggencarkan kampanye edukasi bagi warga, terutama terkait bahaya berenang di perairan tawar hangat. Sosialisasi dilakukan melalui sekolah, fasilitas publik, kantor pemerintahan hingga media lokal agar masyarakat mengetahui cara penularan dan langkah pencegahannya.
Selain itu, warga diminta segera mencari pertolongan medis jika mengalami demam tinggi, sakit kepala hebat, muntah atau kehilangan orientasi setelah berenang. Gejala tersebut merupakan tanda awal infeksi yang membutuhkan penanganan intensif.
Kerala kini disebut berada dalam status kewaspadaan penuh. Pemerintah berjanji akan merilis laporan lengkap hasil investigasi dalam waktu dekat, sembari menyiapkan panduan mitigasi untuk mencegah gelombang wabah baru di wilayah dengan risiko serupa di India.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait
