KUPANG, iNewsSumba.id– Prada Lucky Chepril Saputra Namo (23) tak menyangka dua bulan pengabdian sebagai anggota TNI AD akan menjadi akhir hidupnya. Ia meninggal dunia penuh luka di RSUD Aeramo, Kabupaten Nagekeo, setelah diduga mengalami penganiayaan berat oleh senior di satuannya sendiri.
Tubuh Lucky dipenuhi luka: lebam, sayatan, hingga bekas luka bakar yang membuat siapapun yang melihat akan menahan napas. Ia sempat menjalani perawatan intensif selama tiga hari, namun nyawanya tak terselamatkan. Dokter menyebut ia meninggal akibat henti jantung.
Yang lebih memilukan, sang ayah adalah seorang prajurit aktif—Sersan Mayor Christian Namo. Ia tidak hanya kehilangan anak tercintanya, tapi juga kehilangan kepercayaan terhadap sistem yang seharusnya melindungi, bukan menyakiti.
Dengan amarah dan kesedihan yang tak tertahankan, Christian menyuarakan tuntutannya. “Kalau hanya dihukum ringan, ini tidak adil. Pelaku harus dipecat dan dihukum mati,” katanya kepada wartawan. Ia bahkan bersumpah untuk mengejar pelaku meski harus menghadapi konsekuensi terberat sekalipun.
Prada Lucky baru saja menyelesaikan pendidikan militernya Juni 2025 lalu. Impian menjadi prajurit penjaga bangsa seketika musnah, diganti dengan nisan dan tangisan. Peristiwa ini menjadi tamparan keras bagi dunia militer: adakah keadilan bagi prajurit muda yang gugur bukan di medan perang, tapi di tangan sesama?
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu
Artikel Terkait