Dari Viralnya Pungli Jadi Titik Balik: Kampung Ratenggaro Siap Bangkit Jadi Destinasi Kelas Dunia

Dion. Umbu Ana Lodu
Kampung adat Ratenggaro, Kabuupaten Sumba Barat Daya, NTT - Foto : Dion. Umbu Ana Lodu

JAKARTA, iNewsSumba.id – Dunia pariwisata Indonesia kembali disorot, kali ini dari kawasan eksotis Nusa Tenggara Timur. Viral di media sosial, seorang Youtuber “Jajago Keliling Indonesia” menjadi korban pungutan liar (pungli) di kawasan wisata unggulan Kampung Adat Ratenggaro, Sumba Barat Daya. Kejadian ini menyulut perhatian nasional dan memicu aksi cepat lintas pihak.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ni Luh Puspa, angkat bicara. Dalam rapat koordinasi virtual dengan pemangku kepentingan pariwisata di Provinsi NTT dan Kabupaten Sumba Barat Daya, Wamenpar menegaskan bahwa praktik pungli adalah musuh bersama dalam membangun pariwisata yang berkualitas, tertib, dan berkelanjutan.

"Kita ingin destinasi yang aman, nyaman, dan menyenangkan. Pungli merusak semua itu dan tak boleh terjadi lagi,” tegasnya.

Kampung Ratenggaro Viral, Tapi Salah Alasan

Insiden pungli di jalur wisata Jalan Poros Tengah menuju Pantai Ratenggaro mencoreng citra NTT yang selama ini dikenal dengan keindahan alam dan kearifan lokalnya. Tak hanya merugikan wisatawan, dampaknya juga mencederai kerja keras masyarakat dan pemerintah yang selama ini membangun citra pariwisata Sumba.

Namun, alih-alih membiarkan, pemerintah daerah bergerak cepat. Pada 20 Mei 2025, Pemkab Sumba Barat Daya menggelar pertemuan dengan aparat keamanan, tokoh adat, dan masyarakat Kampung Adat Ratenggaro. Dalam forum itu, masyarakat menyampaikan permintaan maaf dan menyadari bahwa tindakan pungli telah mempermalukan nama baik daerah.

Dari Krisis Menuju Transformasi

Sebagai langkah konkret, akan dipasang papan informasi resmi mengenai tarif wisata, aktivitas budaya, hingga pengelolaan kuda tunggangan di pos masuk kampung. Keterlibatan Polri, TNI, dan Satpol PP juga direncanakan untuk menjamin keamanan wisatawan.

Bupati Sumba Barat Daya, Ratu Ngadu Bonu Wulla, menyampaikan komitmen penuh: "Kami tidak ingin hal ini terulang. Kami akan benahi fasilitas, berikan pelatihan masyarakat, dan pastikan pengelolaan destinasi berjalan transparan dan profesional," ujarnya.

Wamenpar menekankan pentingnya pendekatan humanis. Anak-anak dan masyarakat lokal perlu diberikan edukasi tentang pentingnya pelayanan wisata yang beradab. Kemenparekraf akan memperkuat pelatihan SDM, pendampingan digital marketing, serta pengelolaan destinasi berbasis komunitas.

Tak kalah penting, wisatawan pun diimbau untuk menyalurkan donasi secara terorganisir melalui pemerintah desa atau komunitas resmi. Memberi uang langsung ke anak-anak di destinasi justru berisiko memperpanjang pola buruk dan ketergantungan.

Momentum Pembenahan Pariwisata Indonesia Timur

NTT mencatat 1,5 juta kunjungan wisata pada 2024. Ini bukan angka kecil. Tapi untuk menjaga momentum, kualitas layanan harus diutamakan. Skandal pungli ini menjadi “wake up call” bagi semua pihak untuk membangun pariwisata Indonesia Timur yang berkelas dunia, tanpa mengorbankan nilai-nilai budaya dan integritas masyarakat lokal.


Kuburan Megalith di Pesisi Pantai Ranteggaro, Sumba Barat Daya, NTT - Foto : Dion. Umbu Ana Lodu

 

Dengan sinergi pemerintah pusat, daerah, aparat hukum, serta komunitas, insiden Ratenggaro bukan akhir cerita. Justru menjadi awal dari babak baru: Sumba sebagai destinasi wisata budaya yang ramah, jujur, dan mendunia.

Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network