Sumba Timur Masuk Daftar Kabupaten Terkaya di NTT? Boleh Jadi ini Rahasianya!

WAINGAPU, iNewsSumba.id - Sumba Timur kembali jadi sorotan. Bukan hanya karena keindahan alamnya yang memesona, tetapi juga karena pencapaian ekonominya yang mengejutkan. Kabupaten yang terletak di Pulau Sumba ini masuk dalam jajaran lima daerah terkaya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Dalam laporan BPS mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita, Sumba Timur mencatatkan angka sebesar Rp25.974.221, menjadikannya kabupaten dengan PDRB tertinggi kedua di NTT, hanya kalah dari Kota Kupang.

Baca Juga

Paus Sperma yang Terdampar di Pesisir Pantai Sumba Ludes Dibakar

Ekonomi Naik Berkat Alam dan Pariwisata

Pertumbuhan ekonomi Sumba Timur tak bisa dilepaskan dari kekayaan alam dan potensi pariwisata yang luar biasa. Hamparan savana, pantai eksotis, hingga kekayaan budaya lokal lainnya menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan dan investor.

Tak hanya itu, sektor pertanian dan peternakan yang menjadi tulang punggung masyarakat juga terus berkembang. Komoditas unggulan seperti jagung, sapi, dan kelapa menjadi penyumbang signifikan terhadap pendapatan daerah. 

Baca Juga

Warga Kambatatana Merana, Kesal Sinyal Telekomunikasi Lemot dan Ganggu Aktivitas Harian

"Ini jadi bukti bahwa pembangunan di wilayah timur Indonesia bukan isapan jempol. Sumba Timur sudah mulai menunjukkan kekuatan ekonominya," ujar seorang pengamat ekonomi lokal.

Bukti NTT Tak Perlu Terus Merasa Tertinggal

Pencapaian ini menjadi bagian dari cerita besar bahwa NTT tak selamanya identik dengan ketertinggalan. Daerah-daerah seperti Sumba Timur kini mampu menunjukkan taji mereka dalam panggung ekonomi provinsi, bahkan nasional.

Baca Juga

Ibu Pembuang Bayi di Lewa Sumba Timur Sudah Dipulangkan ke Rumah keluarganya

Bersama Kota Kupang, Ende, Rote Ndao, dan Ngada, Sumba Timur kini resmi menyandang status sebagai salah satu daerah terkaya di NTT. Ini adalah sinyal positif bahwa pembangunan mulai menyentuh wilayah-wilayah yang selama ini dianggap pinggiran.

Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu