Lelaki Sepuh dan Perempuan Perkasa dari Kampung ini, Bertarung Sikapi Perubahan Iklim Sumba Timur_2

WAINGAPU, iNewsSumba.id -Kisah Lunggi Randa, lelaki sepuh dari Kampung Adat Wundut yang kokoh mempertahankan eksistensi adat, alam, budaya dan lingkungannya layak untuk jadi teladan. Sosok lainnya yang juga bisa dijadikan ‘role model’ berikutnya dari wilayah sekitar Pantai Utara (Pantura) Kecamatan Kanatang, Kabupaten Sumba Timur. Yang menarik, tokoh sentralnya adalah seorang perempuan muda!
Rambu Aryan dan Luri Panamu di Kampung Retidjawa
Adalah Aryani Newa Humba, atau akrab disapa Rambu Aryan, perempuan muda berusia 23 tahun, terus berupaya dengan ulet untuk mengemban tugasnya sebagai Ketua Kelompok Tani yang diberi nama Luri Panamu (Hidup Saling Membantu). Tidak hanya itu, ia juga aktif sebagai guru sekolah minggu, petani, dan aktivis perubahan iklim di Desa Mondu.
Lahir dan besar di Kampung Adat Retidjawa, kecintaan Rambu Aryan pada tanah leluhurnya membawanya terjun langsung dalam berbagai aktivitas sosial dan lingkungan. Kelompok Tani Luri Panamu sendiri menaungi 25 anggota, sebagian besar perempuan. Kelompok ini membudiyakan holtikultura seperti bawang, Lombok dan pisang serta sayuran sawi, kangkung dan bayam di atas lahan kurang lebih 1 Ha.
Ia juga aktif menggerakkan pemuda dan anak-anak setempat untuk menyikapi perubahan iklim, dengan menjadikan wilayah desa mereka ramah lingkungan. Mereka rutin memilah sampah plastik untuk nantinya bisa didaur ulang menjadi barang yang bernilai ekonomis.
Kepada iNews Media Group di kediamannya belum lama ini, Rambu Aryan didampingi Kabula Hara Endi, yang juga merupakan anggota Kelompok Tani Luri Panamu berkisah langkah-langkah positif yang dilalukannya mendapatkan dukungan dari Yayasan Koordinasi Pengkajian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam (KOPPESDA) di Waingapu. Dirinya kemudian diajak bergabung sejak tahun 2022 dan mendapatkan amanah menjadi ujung tombak edukasi dan kampanye perubahan iklim, menyasar anak-anak sekolah dasar hingga masyarakat umum di desanya.
Perannya kian terasa berdaya ketika terus melanjutkan aksi nyatanya untuk mengaungkan pentingnya adaptasi terhadap perubahan iklim, mengorganisir pembersihan sampah plastik di pesisir dan kampung adat, hingga mengadvokasi isu iklim dalam RPJMDes Mondu 2022–2029, juga memfasilitasi penyusunan Rencana Aksi Iklim desa bersama masyarakat.
Rambu Aryan layak dilabeli ‘Perempuan Perkasa’ betapa tidak, selain sebagai Ketua Kelompok Tani ia juga mengemban tugas lainnya yakni aktif dalam kegiatan keagamaan sebagai Ketua Pemuda Gereja se-Kecamatan Kanatang juga Guru Sekolah Minggu. Ia adalah gambaran generasi muda yang tidak hanya bicara tapi bertindak—menghadirkan harapan di tengah tantangan nyata yang dihadapi masyarakat Sumba.
“Saya terima dan jalankan tugas itu dengan gembira karena dari situ saya bisa terus menggerakkan dan menyentuh hati anak-anak dan generasi muda agar tidak hanya jadi penonton tapi jadi pelaku utama dalam pelestarian alam dan lingkungan dengan tindakan nyata mulai dengan tidak membuang sampah dan memilah sampah organic dan non organic dari rumah atau keluarga,” paparnya.
Diakui pada awal kiprahnya, Rambu Aryan berhadapan dengan tantangan dimana selain dirinya adalah perempuan yang harus jadi penggerak dan penggagas di tengah hirarki budaya paternalistik, juga karena dirinya dipandang belum memberikan bukti.
“Awalnya waktu saya pertama kali mau ajak tentu sulit karena saya perempuan, muda dan belum beri bukti yang kuat. Saya kemudian berupaya dan didukung keluarga terdekat tanam lombok 100 pohon, kemudian meningkat jadi 600 pohon,” urainya.
Dari budidaya lombok inilah dirinya kemudian berhasil panen baik dan menjual hasilnya kemudian uangnya dibelikan kuda yang bahkan telah dua kali beranak.
“Ini bukti dan bukan karang-karang, rill atau nyata dan akhirnya membuka mata dan hati warga lainnya untuk bergabung dan berusaha bersama. Saya yang hanya tamat SMA ini teringat akan kata orang tua bahwa sukses itu tak harus jadi sarjana tapi bagaimana niat dan kerja kita berusaha maksimal,” paparnya.
“Karena ada bukti nyata itu warga akhirnya bergabung jadi anggota kelompok. Anak-anak dan juga pemuda kini paham bagaimana menyikapi sampah,” ujar Kabula menimpali.
Dengan semangat pantang menyerah dan cinta pada kampung halamannya, Rambu Aryan menanam harapan baru di tanah Sumba. Asa yang tumbuh subur bersama sayur sawi dan bayam, kangkung berusia sebulan. Sayuran yang dikelilingi pohon pisang yang nampak hijau bak kawasan oase di gurun sabana. Langkah-langkah kecil yang ia tempuh, ternyata miliki visi besar, menjadikan desanya sebagai titik awal perubahan perilaku, yang tidak hanya mensejahterakan juga memberikan rasa aman dan nyaman menyikapi perubahan iklim yang kini terus digaungkan ragam elemen untuk disikapi dengan arif dan diwujudkan dengan tindakan nyata alias tak hanya omon-omon.
Editor : Dionisius Umbu Ana Lodu